Pamijahan, SuaraBotim.Com – Media sosial dihebohkan dengan unggahan video dari akun Instagram @bogor.terkini yang memperlihatkan keluhan seorang pengunjung terkait harga karcis masuk ke kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Dalam video tersebut, pengunjung menunjukkan bahwa harga karcis yang seharusnya Rp10.500 justru berubah menjadi Rp25.000.
“Harga aslinya Rp10.500 gaes, jadi Rp25.000,” ujar pria dalam video tersebut.
Unggahan itu juga menyebut bahwa sejumlah karcis ditempeli stiker harga baru senilai Rp25.000, menutupi harga lama yang tercetak Rp10.500. Hal ini memicu keresahan publik dan menjadi perbincangan hangat di media sosial.
“Menindaklanjuti polemik biaya masuk di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) disepakati hasil rapat bahwa biaya masuk Rp15.000 baik melalui Gerbang Utama Gunung Bunder dan Gunung Sari,” tulisnya dalam unggahan instagram.
Keputusan ini diambil berdasarkan kesepakatan antara pihak terkait dan masyarakat setempat dalam mediasi di Kantor Lokapurna RT 001/008 Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, pada Jumat, 25 April.
“Kesepakatan ini sekaligus membantah isu tentang rencana pembongkaran yang sebelumnya beredar di masyarakat. Pembongkaran gerbang tersebut sempat dikabarkan sebagai upaya untuk membebaskan biaya masuk ke kawasan wisata TNGHS.Namun, kesepakatan ini menegaskan bahwa biaya masuk sebesar Rp15.000 tetap berlaku untuk menjaga kelestarian dan pengelolaan taman nasional.” Sambungnya.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor, Yudi Santosa, memberikan klarifikasi mengenai kenaikan tarif tersebut. Ia menjelaskan bahwa perubahan tarif didasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2024, dan menjadi kewenangan penuh Kementerian melalui Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
“Sebetulnya kenaikan harga itu mengacu pada PP 36 Tahun 2024. Pemerintah daerah sama sekali tidak menerima bagian dari PNBP tersebut. Kami hanya bisa menyampaikan dan meminta agar TNGHS merapikan sistem serta mensosialisasikan lebih awal kepada masyarakat,” jelasnya.
Ia juga menekankan, pentingnya menjaga kelestarian alam di tengah meningkatnya kunjungan wisatawan, dan mendorong agar setiap destinasi wisata dilengkapi dengan fasilitas dasar seperti toilet yang layak.
“Selama ini fasilitas seperti toilet masih sangat minim. Kami mendorong agar standar kebersihan dan kenyamanan diperhatikan meskipun wewenangnya ada di pusat,” pungkasnya.
(Pandu)