Cibinong, SuaraBotim.Com _ Keraton Sumedang Larang memastikan Mahkota Binokasih Sanghyang Pake yang dibawa dalam kirab budaya ke Kabupaten Bogor bukanlah mahkota asli, melainkan replika. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Radya Anom, perwakilan Keraton Sumedang Larang, dalam acara di Gedung Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor, Senin (21/4/2025).
“Yang dibawa dalam kirab ini adalah replika. Mahkota Binokasih asli saat ini tersimpan di Museum dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya yang dilindungi undang-undang. Kehadirannya di luar museum tentu membutuhkan prosedur khusus sesuai regulasi yang berlaku,” ujar Radya Anom kepada SuaraBotim.Com.
Meski demikian, makna dan nilai filosofis Mahkota Binokasih tetap terasa kuat dalam momen budaya ini. Radya Anom menyampaikan bahwa mahkota tersebut merupakan simbol pemersatu, simbol kehidupan, sekaligus perwujudan nilai-nilai luhur warisan leluhur Sunda yang sangat relevan dalam membangun peradaban.
“Nilai-nilai dalam Mahkota Binokasih meliputi gotong royong, toleransi, musyawarah, kasih sayang, hingga kebijaksanaan. Nilai-nilai ini tidak hanya penting dalam kehidupan pribadi dan sosial, tetapi juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” jelasnya.
Dirinya juga menegaskan, bahwa masyarakat Sunda secara umum memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan mahkota ini baik secara fisik maupun secara nilai.
“Insya Allah, jika nilai-nilai luhur ini tertanam dalam sistem kehidupan kita, saya yakin Negara Kesatuan Republik Indonesia akan menjadi negara yang kuat, maju, berdaulat, bermartabat, dan mandiri,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, Radya Anom juga menyinggung sejarah panjang Mahkota Binokasih. Mahkota ini awalnya dibuat pada masa Kerajaan Galuh di Ciamis, kemudian diwariskan ke Kerajaan Sunda dengan ibu kota di Pakuan Pajajaran wilayah yang kini menjadi bagian dari Kota Bogor.
Pada 22 April 1578, mahkota tersebut kemudian diserahkan ke Sumedang Larang sebagai simbol keberlanjutan legitimasi kekuasaan.
“Bogor adalah bagian penting dari perjalanan sejarah Mahkota Binokasih. Maka tidak heran jika masyarakat Bogor merespons kirab ini dengan antusias, karena secara historis dan kultural, ada keterikatan emosional yang kuat,” tukasnya.
Radya Anom menyampaikan, harapan bahwa jika pemerintah dan Keraton dapat memberikan jaminan dan perlindungan terhadap keberadaan mahkota di masa depan, bukan tidak mungkin Mahkota Binokasih asli dapat hadir kembali di Bogor dalam momen yang tepat.
“Tapi saya yakin apabila pemerintah dan keraton memiliki jaminan kepada keberadaan mahkota ke depan insyaallah mahkota itu bisa datang ke sini,” tutupnya.
(Pandu)