Cibinong, SuaraBotim.com _ Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana akan menyediakan 15 hingga 20 bus untuk masyarakat dengan trayek Cibinong – Puncak mulai pada Februari 2025.
Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Suntana menyampaikan, bahwa program tersebut ditargetkan berjalan pada Februari 2025.
“Insyaallah paling lambat bukan Februari sudah dimulai, mohon doa restunya,” ucapnya.
Bus tersebut diperkirakan akan beroprasi di Cibinong yang memakan biaya yang terjangkau dan pendapat subsidi dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor.
“Harapannya dengan bus ini, masyarakat tidak perlu menggunakan motor atau kendaraan pribadi untuk berwisata ke Puncak Bogor. Hal tersebut juga bisa mengurangi jumlah laka lantas serta kemacetan di Jalan Raya Puncak,” terangnya.
Program ini diharapkan mampu mendorong masyarakat beralih ke transportasi publik, mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, serta menekan angka kecelakaan di jalur wisata tersebut.
Sementara, Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Bogor Achmad Fathoni menyambut, baik program ini dan menyebutnya sebagai terobosan yang patut dicoba untuk mengatasi masalah lalu lintas di Puncak.
“Salah satu solusi mengurangi kemacetan adalah mengarahkan masyarakat untuk menggunakan transportasi publik, kemacetan di Puncak ini sudah sangat akut dan sejauh ini belum ada solusi berbasis angkutan umum. Jadi, program ini layak dicoba,” ucapnya kepada SuaraBotim.com. Minggu (12/1/25).
Namun, Politisi PKS tersebut menegaskan, pentingnya efektivitas dalam pelaksanaan program ini. Menurutnya, bus yang beroperasi tanpa jalur khusus hanya akan terjebak dalam kemacetan seperti kendaraan pribadi dan mengusulkan agar bus subsidi ini memiliki jalur khusus, seperti konsep busway, untuk mempercepat waktu tempuh dan meningkatkan kenyamanan penumpang.
“Kalau busnya punya jalur khusus, kemacetan bisa diurai. Tapi kalau tetap mengikuti jalur biasa, hasilnya akan sama saja. Untuk itu, perlu ada uji coba terlebih dahulu untuk memastikan efektivitasnya,” terangnya.
Fathoni menekankan, pentingnya desain bus yang menarik dan ikonis untuk menarik minat masyarakat menggunakan transportasi publik. Ia mengusulkan agar bus dirancang memberikan pengalaman unik bagi penumpang, seperti konsep bus terbuka yang sudah diterapkan di Bandung yang dinilai unik.
“Kalau busnya ikonis dan tampilannya menarik, masyarakat tidak hanya naik karena murah atau bebas macet, tapi juga karena merasa ada pengalaman tersendiri. Contohnya, bus dengan atap terbuka yang bisa menambah daya tarik,” ujarnya.
Menurut Fathoni, program ini perlu terus dievaluasi selama pelaksanaannya. Mulai dari desain bus, jumlah unit yang memadai, hingga pengaturan waktu operasional, semua harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
“Kita lihat nanti setelah uji coba, apakah permintaannya tinggi atau tidak. Kalau respons masyarakat positif, program ini bisa diperluas,” tuturnya.
Fathoni juga menekankan, bahwa transportasi publik berbasis listrik perlu dikembangkan lebih jauh, sejalan dengan visi pemerintah untuk mengurangi emisi kendaraan pribadi.
“Apalagi kita sudah punya beberapa program bus listrik. Kalau ini berhasil, bisa menjadi contoh untuk wilayah lain,” ucapnya.
Dengan operasional bus trayek Cibinong-Puncak yang direncanakan mulai Februari 2025, diharapkan masyarakat dapat lebih nyaman bepergian ke kawasan Puncak tanpa harus bergantung pada kendaraan pribadi. Program ini tidak hanya menjadi solusi bagi kemacetan, tetapi juga langkah penting dalam mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan di wilayah Bogor.
(pandu maulana)