Cibinong, SuaraBotim.Com – Wacana kenaikan tarif ojek online (ojol) sebesar 15 persen masih dalam tahap pembahasan dan belum diputuskan secara resmi.
Kenaikan tarif ini merupakan salah satu tuntutan dalam aksi demonstrasi yang dilakukan para driver ojol beberapa waktu lalu.
Salah satu pengemudi ojol, Wildan (35) mengungkapkan, bahwa hingga kini belum ada keputusan final terkait wacana kenaikan tersebut.
“Itu masih wacana, belum fix. Baru masuk ke Dishub dan masih dalam tahap pembahasan. Belum final,” ujarnya saat ditemui SuaraBotim.Com di kawasan Cibinong, Jum’at (4/7/25).
Wildan menyambut, baik jika kenaikan tarif tersebut benar-benar diterapkan, namun ia mengaku khawatir dampaknya terhadap jumlah pelanggan.
“Kalau bener naik sih mudah-mudahan bisa lebih baik, cuma takutnya nanti customer kabur ke aplikasi lain yang lebih murah. Sekarang kan banyak aplikator, ada Grab, Gojek, Maxim. Mereka bisa aja beralih,” jelasnya.
Ia juga menyoroti, potongan yang diambil aplikator, yang dianggap terlalu besar.
“Kami juga sebenarnya lebih keberatan ke potongan aplikator. Ada istilah tarif lima ribu, jarak dekat gitu, tapi potongan bisa besar banget. Dari 15 ribu, kadang kita cuma dapat 8 ribu,” kata Wildan.
Menurutnya, tuntutan para pengemudi dalam demo kemarin bukan hanya soal tarif naik, tapi juga permintaan agar potongan dari aplikator dikurangi hingga maksimal 10 persen.
Sementara itu, pengemudi ojol lainnya, Irfan (42) menyebut, belum merasakan adanya kenaikan tarif tersebut secara nyata.
“Buktinya nggak ada. Saya tadi dapet orderan, nominalnya masih sama kayak kemarin-kemarin. Kalau naik, pendapatan saya pasti kelihatan lebih besar,” kata Irfan.
Irfan bahkan menilai bahwa isu kenaikan tarif ini bisa jadi hanya pengalihan isu semata.
“Kami ini rakyat kecil, mana bisa melawan? Pemerintah dan aplikator hanya gembar-gembor saja. Janjinya awal bulan kemarin, tapi sampai sekarang belum ada realisasinya,” keluh Irfan, yang mengaku sudah menjadi ojol sejak 2017.
Irfan menambahkan, jika pun ada kenaikan tarif, biasanya terjadi saat kondisi tertentu seperti hujan atau permintaan tinggi, bukan karena regulasi.
“Kalau hujan atau macet, ya suka naik tarif, tapi itu karena kondisi. Bukan dari perjanjian atau kebijakan tetap,” ujarnya.
Para pengemudi berharap pemerintah dan pihak aplikator benar-benar mendengar aspirasi mereka, terutama soal potongan yang selama ini dianggap memberatkan.
(Pandu)