Gunung Putri, SuaraBotim.Com _ Salahsatu rumah warga yang berlokasi di Kampung Jampang, RT 002, RW 003, Desa Wanaherang, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor dalam keadaan sangat memprihatinkan.
Pemilik rumah, Ibu Tuti (56) yang saat ini tinggal bersama 1 anak perempuan, menantu dan 2 cucunya dirumah tesebut, mengharapkan bantuan dari pihak-pihak terkait.
“Ini rumah dulu saya tempati hanya bersama suami, terus suami saya sekarang sudah meninggal. Kondisi rumah keadaan seperti ini sudah hampir sepuluh tahun lamanya” jelas Ibu Tuti selaku pemilik rumah kepada SuaraBotim.com. Selasa, (28/10/24).
Menurutnya, rumah yang saat ini ditinggali sudah benar-benar dalam keadaan yang tidak layak di huni.
“Saya sudah mau betulin, tapi musibah terus jadi uangnya tidak ada. Ini kalo hujan bocor semua karena gentengnya sudah pada jatuh, kalo ada angin takutnya rubuh temboknya, kucing juga pada masuk lewat atap, kadang juga ular masuk. Jadi saya Takut.” ungkapnya.
Tuti yang sehari-hari berkerja sebagai kuli cuci dan gosok, berharap adanya bantuan dari pihak-pihak terkait untuk memperbaiki rumahnya.
” Saya pinginnya rumah ini dibenerin, supaya kalo hujan tidak lagi kebocoran sampe banjir, dan kalo ada angin tidak takut rubuh dan saya bisa tidur juga tenang,” pungkasnya.
Namun terkait bantuan sosial, Tuti mengakui mendapatkan beberapa bantuan yang disalurkan oleh Pemerintah Desa Wanaherang.
“Untuk bantuan beras saat itu dapet, cuman sudah digantikan dengan uang, terus dari desa juga dapet bantuan uang, itu BLT. Sama satu lagi kartu ATM sampai sekarang kita pegang,”imbuhnya.
Sementara, Mamin selaku Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat membeberkan, bahwa dirinya sudah mendaftarkan rumah Ibu Tuti ke Pemerintah Desa Wanaherang agar mendapatkan program Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU) dari setahun yang lalu.
“Sebelumnya yang pertama itu udah ada satu tahun yang lalu saya kasih berkasnya ke Pak Kadus, namun sampe sekarang belum ada tanggapan, lalu RW Acep minta untuk memfoto kembali kemarin seminggu yang lalu, jadi itu kemarin yang kedua kalinya,”pungkasnya.
(Deni Dawer)