Cibinong, SuaraBotim.Com — Tembok pagar SDN Cipayung 01 kembali jebol untuk kesekian kalinya dalam satu bulan terakhir, peristiwa ini diduga kuat terkait aktivitas cut and fill yang dilakukan PT Dwi Agra Sejahtera di sekitar lokasi sekolah.
Bu Sri (62), salah satu pemilik warung sekaligus mantan guru di SDN Cipayung 01 menyampaikan, bahwa sebelumnya tembok pagar hanya pernah roboh satu kali, bertahun-tahun lalu, saat proyek pembangunan perumahan sempat terhenti.
Namun, sejak lahan yang berada di belakang sekolah kembali diratakan oleh pengembang, kasus jebolnya tembok pagar kini sudah terjadi empat kali dalam kurun waktu satu bulan, tepatnya sejak awal bulan puasa.
“Sebelum diratakan, lahan itu hanya dipenuhi ilalang dan semak kecil. Warga sekitar biasanya memanfaatkannya untuk berkebun, tanam singkong, ubi, dan pisang. Tapi tidak pernah ada banjir sampai ke kantin sekolah,” ujar Bu Sri kepada SuaraBotim.Com, Senin (5/5/25).
Menurutnya, masalah mulai muncul sejak lahan tersebut diratakan, sekitar sebulan sebelum Ramadan. Hujan deras yang turun di awal puasa menyebabkan tembok pagar pertama kali jebol.
“Kondisi makin parah karena tanah yang diratakan menjadi lebih tinggi dari area sekolah, sehingga aliran air deras langsung mengarah ke kantin dan halaman sekolah. Lumpur pun masuk hingga ke dalam kantin,” katanya.
Bu Sri menambahkan. bahwa pengembang diduga membuat saluran penampungan air di belakang kantin. Namun, karena posisi tanah lebih tinggi, setiap kali hujan lebat, air meluap dan mengalir ke area sekolah.
“Tadinya di belakang ini ada pohon besar, ada tiga pohon rindang. Setelah ditebang oleh mereka, malah jadi jebol terus. Dulu sebelum ditebang, tidak pernah terjadi seperti ini,” tuturnya.
Warga mengaku sudah beberapa kali melakukan kerja bakti setiap kali tembok jebol. Bahkan, sempat ada kunjungan dari pihak kelurahan dan anggota DPRD. Namun hingga kini, belum ada solusi konkret dari pihak pengembang maupun pemerintah daerah.
“Kami berharap, kalau memang ada pembangunan seperti ini, seharusnya ada kajian AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dulu. Supaya pembangunan yang ada tidak merugikan sekolah atau warga sekitar,” tutupnya.
(Pandu)